Kamis, 07 Oktober 2010

Makna Dari Sebuah Eksistensi Diri


Sesaat tadi berpikir mau tulis apa ya hari ini....  hew.

Humm....umm.. baiklah, tema hari ini yaitu...eksistensi diri!
yup, eksistensi kawan. sekilas kata yang aku dapat dari meeting hari ini. Seorang bapak (unknown) berpendapat bahwa orang-orang yang biasa mempersulit keadaan itu biasanya mereka hanya ingin menunjukkan ke-eksistensian mereka saja!
Hmm.. iyah benar juga pikirku! Pastilah kita sering menemui situasi dimana kita dipersulit oleh orang lain. Apalagi untuk hal-hal yang sebetulnya sepele! dan terkadang lebaii! (uggh,  cape de...). he, bikin kesel aja y? ....yah, menghadapi orang-orang seperti ini memang butuh kesabaran ekstra. Terlebih dalam hal pekerjaan. Mereka sebenarnya hanya ingin menunjukkan keberadaan mereka saja kug... yaa. semacam ingin diakui saja kalo  'iniloh... mereka juga bisa mengambil pengaruh pada pekerjaan kalian'. (ini saya ambil contoh dalam hal kerjaan ya, teman... karna kejadian seperti ini sering banget kita temui dalam situasi kerja). yah, itulah sebuah pengekspresian eksistensi diri!

Begini teman, ada sebuah ungkapan yang mungkin sering kita dengar "cogito ergo sum" (saya berpikir maka saya ada), itulah ungkapan dari Rene Descartes ,seorang filsuf Perancis bila kita berbicara mengenai eksitensi diri seseorang. Eksistensi diri itu sebenarnya penting juga, karena eksitensi diri merupakan manifestasi dari kualitas diri.Seseorang tidak akan diakui eksistensinya apabila ia tidak memiliki kualitas yang secara mencolok berbeda atau lebih dari orang lain. Bukan asal berbeda tetapi juga berkualitas!

Sesungguhnya eksistensi adalah sesuatu yang inherent pada diri seseorang. Tidak usah menonjol-nonjolkan diri kalau memang memiliki kelebihan maka orang lain akan mengakui kelebihan tersebut. Tinggal bagi kita sekarang akan diarahkan kemana diri kita. Orang yang berorientasi pada materi tentu akan sibuk mengejar materi untuk menunjukkan eksistensi dirinya yang diukur dengan uang.  Orang yang berorientasi pada karier tentu akan disibukkan dengan aktivitas yang menunjang kariernya. Ya, itu semua sah-sah saja, karena itu adalah pilihan hidup. Yang menjadi persoalan adalah jika kita ingin diakui eksistensi diri kita tetapi menggunakan cara-cara yang tidak sehat, membuat orang tidak nyaman atau pun tidak mengikuti hukum alam. 
hoho, Hukum alam?? yupp,
"Bahwa... siapa yang menanam tentu berhak untuk memanen hasilnya.
Kalau tidak menanam kebaikan jangan berharap akan memanen kebaikan de.."

  

hehe... oke, teman.. sukses ya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar